Penyediaan mode exposure
dalam beberapa pilihan pada kamera tentu mengikuti efektivitas fungsi
dalam pemotretan. Bagi pemula, penggunaan fasilitas itu tentu saja
membingungkan. Fasilitas tersebut sangat berguna saat memahami efek blurring dan depth of field. Kapan kita memilih mode AV, TV, P, S, dan M untuk kamera Canon atau A, S, P, dan M untuk kamera Nikon?
Fasilitas mode itu disediakan sebagai pilihan sebagai pilihan exposure yang menekankan prioritas. Misalnya, pilihan prioritas diafragma untuk menghasilkan blur dengan konteks depth of field. Maka, penggunaan mode AV memberikan solusi terbaik untuk membuat background blur.
Meski, bergantung juga pada bukaan terbesar lensanya. Program AV (A) lebih cocok digunakan di outdoor, tepatnya saat daylight. Namun perlu dicermati kondisi awan yang berubah, yakni pergantian mendung dan terang.
Areal yang cenderung gelap berdampak menurunkan exposure. Shutter speed yang semula tinggi tiba-tiba menjadi rendah. Pilihan mode AV tidak tepat ketika memotret di wilayah indoor. Fluktuasi kecepatan cenderung tidak tetap dan sangat bergantung pada area gelap terang. Pemotretan itu cocok untuk daerah yang kontras areanya tidak terlalu ekstrem.
Untuk memotret objek bergerak yang membutuhkan kecepatan tinggi, dipilih bukaan paling besar dalam penggunaan mode itu. Misalnya, dengan ISO 100, bukaan 2.8 dalam keadaan mendung mendapatkan 1.500 sehingga cukup untuk memotret objek bergerak.
Sedangkan kapan kita memilih TV?
"Penggunaan mode TV lebih tepat untuk memotret panning. Dengan mengunci kecepatan, efek blurring horizontal dapat kita peroleh".
Penggunaan AV tidak memperoleh efek blurring gerak. Sebab, nilai shutter speed-nya tidak konstan. Kadang bisa tinggi, kadang rendah, bergantung area yang dibidik saat itu. Apalagi, kamera bergerak mengikuti objek. Tentu background bisa terang, bisa juga gelap.
Untuk memotret sport, belum tentu hasil penggunaan mode TV lebih bagus. Bahkan justru sering terbentur underexposure yang disebabkan turunnya nilai diafragma pada kondisi low lighting. Prioritas shutter speed (mode S pada Nikon) atau mode TV pada Canon lebih cocok digunakan untuk background ramai (banyak macam warna)
Pada pemotretan family group untuk foto kenangan, lebih baik digunakan mode P (Program). Fasilitas P itu mengombinasikan perhitungan exposure diafragma dan kecepatan dalam keseimbangan. Dipilih nilai yang tidak mengakibatkan camera shake karena kecepatan rendah maupun nilai bukaan diafragma yang terlalu lebar. Dengan begitu, fotografer hanya menaikkan atau menurunkan ISO. Sementara itu beda mode auto dengan P terletak pada pengendalian kamera secara keseluruhan. Ketika memotret dalam keadaan gelap, serta-merta flash menyala untuk kamera kelas semipro. Kesulitan tersebut terjadi ketika memotret. Pilihan program itu sangat cocok bagi pemula dalam fotografi.
Sedangkan mode manual (M) digunakan ketika fotografer menginginkan exposure tidak berdasar perhitungan kamera. Mode itu mirip dengan penggunaan kamera analog dulu. Namun, sebenarnya eksplorasi tersebut bertujuan mendapatkan hasil optimal yang kadang salah dibaca kamera. Misalnya, foto teater dengan lighting panggung. Ketika menggunakan fasilitas mode P, AV, dan TV justru terjadi kesalahan pembacaan exposure. Keadaan gelap yang tercahayai spot (area tertentu) membuat pembacaan dianggap gelap secara keseluruhan sehingga berdampak rendahnya kecepatan dan meminta bukaan diafragma besar.
Sebenarnya, adanya spot lighting yang menerpa objek area panggung tidak serta-merta gelap secara keseluruhan. Maka penggunaan mode M sangat tepat dalam pemotretan panggung. Standarisasi umumnya menggunakan speed 1/125 dengan bukaan sebesar f /2,8, kecuali untuk efek blurring dan stopping dari gabungan objek bergerak dan diam. Begitu juga pemotretan studio, lebih tepat menggunakan mode manual.
Posting Komentar
Thanks for the comment :)